Cadas Tanios

By | August 6, 2019

Novel karangan Amin Maalouf dan mendapat penghargaan Prix Goncourt 1993 dan Grand Prix des Lecteurs 1996 ini membawa kita ke sebuah desa di pegunungan Lebanon dan mempertemukan kita dengan Tanios, putra Lamia, Istri Kepala Rumah Tangga Istana yang cantik jelita, idaman setiap pria. Kelahiran Tanios disambut gembira ayah dan bundanya, sanak saudara, dan seluruh penduduk desa, karena sudah lama di tunggu-tunggu. Namun ada desas-desus, ayah Tanios adalah Cheikh, Penguasa desa itu. Tetapi Sang Penguasa bersumpah dengan jari terkembang di atas injil di depan bibi Tanios, bukanlah dia yang membuahi Tanios. Namun nasi sudah menjadi bubur, gunjingan orang tak kian reda, melainkan menjalar ke mana-mana.

Ketidakpastian mengenai siapa ayahnya sebenarnya menjadi titik awal dari semua peristiwa yang menimpa Tanios semasa kecil, dan mencapai puncaknya ketika pada suatu hari ayahnya, anak buah kesayangan sang Penguasa, anak buah yang penurut, rajin, pendiam, tanpa keinginan yang lebih tinggi selain mengabdi pada majikannya, menghadang Pemimpin Gereja di sebuah hutan pinus di lembah desa dan meremuk kepalanya dengan sebutir peluru yang ditembakkan dari sebuah senapan hadiah seorang utusan pemerintah Inggris bagi Sang Penguasa, untuk membela anaknya dan kehormatan dirinya sendiri. Tanios dan ayahnya lari bersama dari desanya, di kejar-kejar ketakutan siang dan malam. Kisah yang berlatar belakang keadaan zaman 1830-an ini, zaman pertarungan seru adu pengaruh antara negara-negara besar pada waktu itu, menghanyutkan kita dan sekaligus membuat kita terpana betapa nasib seseorang ditentukan oleh tangan-tangan yang tidak tampak dan kekuatan yang lebih besar.