Estetika Musik

By | June 29, 2020

Filsuf Hegel mengatakan: ” yang paling sesuai dengan tujuan musik adalah kenyataan dari dalamnya hati manusia, tanpa ketentuan objek manapun juga. Jadi subjektivitas sendiri saja dan dalam arti ini secara abstrak.”. Lebih lanjut Hegel mengatakan: “Saya sama sekali kosong, kepribadianku tanpa sesuatu isi tertentu. Maka tugas pokok musik itu terdiri dari kenyataan hidup yang sangat batiniah dari jiwa manusia”. Kemudian filsuf musik era Romantik, Arthur Schopenhauer (1788-1860), dalam bukunya, Die Welt als Wille und Vorstellun (1819), mengatakan: “Musik bukan menyatakan suatu sukacita atau suatu dukacita tertentu, melainkan sukacita atau dukacita itu sendiri. Jadi secara abstrak esensi perasaan-perasaan seperti sukacita dan dukacita tanpa sesuatu ketentuan aksidental manpaun juga. Sekalipun perasaan-perasaan dinyatakan secara abstrak, tetapi esensinya lengkap sekali.”

Musik secara faktual adalah seni yang esensinya berhubungan erat dengan indra penengaran dan pengalaman waktu. Atas dasar kedua aspek ini dan yang dapat dibedakan namun tidak dapat dipisah-pisahkan pada pengalaman musikal sejati, agaknya diperlukan agar dalam estetika yang lengkap juga dijelaskan dengan baik tentang ‘susunan bunyi’ dan ‘susunan waktu’ yang terdapat pada setiap karya musik.

Tinjauan estetika musik dimaksudkan untuk memberikan suatu penjelasan selangkap mungkin tentang persoalan yang lebih umum, yaitu: perihal “Keindahan Musik”, dan persoalan yang lebih konkrit serta khusus adalah tentang “Keindahan Musik”. Dalm persoalan yang pertama tersebut rupanya sudah termasuk problem-problem yang demikian sulit sehingga tidak dapat dipecahkan secara memuaskan atas dasar satu ilmu pengetahuan saja.