FINKS: Bagaimana CIA Mengelabui Para Sastrawan Dunia

By | March 30, 2020

Apa hubungan antara politik dan sastra serta, pada umumnya, kebudayaan? Dalam Finks, Joel Whitney menjawabnya melalui sorotannya terhadap kelindan antara sastra dan politik pada masa Perang Dingin. Titik tolaknya adalah The Paris Review, sebuah majalah intelektual yang terkenal karena rubrik Art of Fiction yang memuat wawancara-wawancara bernas dengan beragam sastrawan dunia. Dia menyoroti peran The Paris Review dalam sebuah rangkaian peristiwa yang disebut Kasus Pasternak yang menjerat penulis Dokter Zhivago itu. Dia juga mengupas bagaimana hubungan kerja dan pribadi salah satu redaktur Paris Review dengan Hemingway berkaitan dengan kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap Kuba. Pembahasannya lalu melebar sampai ke Congress for Cultural Freedom, sebuah lembaga yang bayang-bayangnya melingkupi The Paris Review. Dengan demikian, dia juga membahas majalah-majalah lain yang berafiliasi dengan CCF, seperti Encounter di Inggris sampai Mundo Nuevo di Amerika Latin. Mundo Nuevo sendiri adalah majalah yang punya andil dalam melejitkan para sastrawan El Boom. Maka, dalam Finks kita berkali-kali akan menjumpai nama Pablo Neruda dan Gabriel Garcia Marquez disebut. Bahkan, persengketaan di seputar karya tulis warisan Che Guevara tidak luput dari penelusurannya. Tidak hanya Eropa dan Amerika yang dibahas dalam buku yang cara penyampaiannya seperti Kisah Seribu Satu Malam ini. Kerja politik budaya CIA di Asia juga dibahasnya; Dari India, Vietnam, sampai Indonesia. Lebih jauh lagi, di antara sekian banyak topik dalam buku ini kita juga bisa menemukan bagaimana politik identitas maupun politik budaya tertentu dimainkan untuk kepentingan politik praktis tertentu.