JALAN PUISI: Dari Nusantara ke Negeri Poci

By | April 29, 2019

Jalan Puisi adalah riwayat kelahiran, pertumbuhan, dan perkembangan puisi Indonesia. Laksana biografi puisi, ia hendak menegaskan identitasnya sebagai anak kandung Nusantara. Para leluhur mengajari, bagaimana menjadi penyair alam. Bagaimana pula puisi di masa lalu  syair) merepresentasikan diri dan mengartikulasikan intelektualitas para pujangga dan ulama agung selama lebih dari lima abad. Itulah warisan intelektual bangsa ini yang sebenarnya merupakan bangunan peradaban.

Dalam momen dan peristiwa apa pun, puisi kerap ambil bagian melakukan penyadaran, bahkan juga perlawanan. Ia menjelma mantra perjuangan yang menerakan jejak heroisme. Maka, teks Indonesia Raya dan teks Sumpah Pemuda tidak lain adalah puisi yang “melahirkan” Indonesia yang dibayangkan. Itulah spirit yang menjelma bangsa ini, yang dikatakan Ben Anderson (1986) sebagai komunitas bayangan (imagined community).
Jalan Puisi mengajak kita menyebarkan elan kebangsaan dengan menyusuri masa lalu untuk menatap masa depan. Puisi dapat diperlakukan sebagai pintu masuk menanamkan nilai-nilai. Tetapi, ia juga bisa menjadi pintu keluar melakukan jabat tangan pada heterogenitas dan kekayaan multikultur: merayakan keindonesiaan yang beragam.

Begitulah, buku Jalan Puisi coba menegaskan kembali peran puisi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari riwayat kehidupan kita. Maka, buku ini penting artinya bagi para guru dan dosen—sebagai bahan ajar—juga bagi mahasiswa dan pelajar, ketika hendak menempatkan puisi sebagai kisah besar. Bagi peneliti dan pengamat sastra Indonesia, buku ini menyimpan perspektif lain yang boleh jadi kontroversial dan perlu penggalian lebih luas dan menukik. Bagi para penyair (atau calon penyair), peminat puisi, dan publik sastra, tak elok jika tak punya pengetahuan puisi, apalagi tidak memahaminya. Buku ini, selain menyajikan pengetahuan tentang arti penting puisi, niscaya juga menggugah kesadaran puitik dan inspirasi, bahwa ada banyak peran yang dapat dimainkan lewat puisi.