KESUCIAN PROFETIK: Sebuah Pleidoi

By | March 12, 2019

Konon, Adam diturunkan ke Bumi lantaran dosa yang telah diperbuatnya. Ibrahim sempat menganggap bintang, bulan, lalu matahari sebagai Tuhan. Ya’qub sering sedih dan menangis berlebihan. Yusuf nyaris tergoda rayuan maut Zulaikha. Ayub ditimpa musibah yang diturunkan Allah lantaran ia meninggalkan kewajiban amar bil ma`ruf dan nahyu `anil munkar. Musa pernah membunuh seorang manusia. Khidir lebih-lebih lagi, membunuh seorang anak dan menenggelamkan kapal yang dimiliki orang-orang miskin. Dawud suka pada istri Raja Auriya, lalu ia membunuh sang raja dan menikahi isterinya. Yunus pernah pergi dalam keadaan marah pada Tuhannya, meski ia seorang nabi. Isa pernah ditegur oleh Allah lantaran pernah meminta kepada manusia agar dia dan ibunya dijadikan tuhan selain Allah. Dan Muhammad pernah bermuka masam dan memalingkan muka, karena telah datang seorang buta kepadanya.

Demikianlah sekian banyak syubhat yang sering kita dengar. Kisah-kisah semacam ini menghadirkan keraguan pada para nabi, sementara kita sebagai masyarakat awam mesti meyakini dan menghormati mereka. Pasalnya, pada merekalah, khazanah kebijaksanaan, pelajaran, dan ilmu bersemayam. Secara spesifik, buku ini mencoba menjawab berbagai kisah para nabi yang dipahami dengan sudut pandang yang keliru. Ditulis oleh seorang ulama terkenal, Fakhruddin al-Razi, buku ini menyediakan dalil-dalil logis dan bernas dalam membela kesucian para nabi sekaligus menepis unsur-unsur keraguan dan syubhat pada diri mereka. Selamat membaca!