KESUSASTRAAN DAN KEKUASAAN

By | January 31, 2020

AKHIR-AKHIR ini perdebatan tentang kesusastraan dan politik, kesusastraan dan kekuasaan mendapat perhatian lagi. Khususnya yang menyangkut kejadian dan keadaan di Indonesia di tahun 1960-an, ketika sebuah polemik sengit berlangsung: di satu pihak berdiri seniman dan cendekiawan yang bergabung dalam Lekra, yang bersemboyan “Politik sebagai Panglima”; dan di pihak lain berdiri seniman dan cendekiawan yang menampik semboyan itu, dan menghendaki kemerdekaan kretif yang tidak tunduk kepada pertimbangan Partai serta kalkulasi kekuasaan.

Polemik tersebut berlangsung cukup ramai, dan boleh dikatakan “ganas”, dan menjadikannya sebuah peristiwa yang mungkin tidak kalah penting (dilihat dan luasnya imbas yang terjadi, paling tidak, jika bukan dari isi pikirannya) dengan “Polemik kebudayaan” yang tcrjadi di tahun 1930-an.

Peristiwa itu berlangsung 40an tahun yang Ialu, dan tak banyak dokumentasi yang tersimpan dan dapat dibaca kcmbali. Maka buku ini menjadi penting, merupakan kesaksian dari orang yang terlibat Iangsung dalam pergumulan itu.

Kumpulan karangan ini bermanfaat bagi pemerhati sastra, terutama generasi yang lebih muda, setidaknya untuk mencelaah kembali satu bagian dari pengalaman kesusastraan (dan kesenian) Indonesia ketika harus bertautan dengan satu soal yang sampai sekarang kita hadapi: soal kekuasaan, soal negara, soal politik.