KITAB PERTANYAAN

By | December 24, 2019

Puisi-puisi di buku ini, bagaimanapun juga, tidak bisa dipertimbangkan sebagai “peta jalan” bagi jalur intuitif, emosional, dan spiritual. Mereka mengarahkan kita pada suatu hidup yang menjamak: mereka menjala kata-kata ke dalam jiwa kita sehingga kita dapat mencerap pemahaman, dan masih secara jelas berada dalam suatu Tempat Tak Dikenal, di mana segala jawab tak memberi nama-nama. Dalam konteks ini, pertanyaan-pertanyaan Pablo Neruda sangat dekat dengan semangat kōan. Kōan merupakan sebuah pertanyaan (atau pertanyaan samar laiknya sebuah pernyataan) dalam kontruksi suatu paradoks, yang membantu murid Zen mempraktikkan zazen (meditasi). Sebuah penjabaran mengenai paradoks ini dapatlah ditemukan dalam puisi Zen guru Mumon, yang berkomentar mengenai dua biksu yang saling terlibat perdebatan dengan enam kepala keluarga di mana tergeraklah–angin, panji, atau pikiran ;
Angin, panji, pikiran yang bergerak,
pemahaman yang sepadan
ketika mulut terbuka
segalanya adalah kekeliruan

Begitulah cara kerjanya: pikiran menjadi jebakan, sedangkan mulut menjelma kegelapan. Bilamana salah seorang melontarkan suatu anggapan dan ketentuan-ketentuan yang bakal memburu lamunan masa lalu dan masa depan, pikiran dibebaskan untuk menyimak dan ada dalam kemenjadiannya. Selanjutnya, di lain pihak akan tersadar bahwa nilai suatu pertanyaan yang diutarakan penyair Sufi Jalaludin Rumi pada abad ke-13: “Seberapa jauh cahaya ke bulan?/dari bulan?” Dan mengapa ia, setelah tak menumu jawab, kembali kepada bulan tersebut dan berkata, “Di manakah Tuhan?”