Kota-Kota Imajiner

By | September 15, 2019

Ketika berbicara tentang sebuah kota, orang-orang lebih identik akan membicarakan tawaran wisata, atau perihal intrik yang muncul dilayar televisi, media daring, serta koran. Dalam novel yang menjadi bagian kedua dari trilogi Our Ancestors ini, pembaca akan mendapatkan sensasi bertualang sebagaimana yang dilakukan Marco Polo (1254-1324) sang penjelajah sejati. Bedanya kemudian, Marco Polo menceritakan tentang kota-kota kepada Kublai Khan. Meskipun, Khan tidak sepenuhnya memercayai segala sesuatu yang dituturkan Marco Polo tentang kota-kota yang ia kunjungi dalam ekspedisinya, namun Kaisar kaum Tartar tersebut tetap saja menyimak cerita pemuda Venesia itu dengan perhatian dan keingintahuan yang lebih besar ketimbang yang ia perlihatkan kepada utusan-utusan atau penjelajahnya sendiri.

Italo Calvino ialah jurnalis dan novelis dari Italia. Terinspirasi dari kisah petualangan Marco Polo kemudian lahirlah Novel Kota-Kota Imajiner atau yang dalam judul aslinya adalah Invisible City yang pertama kali diterbitkan oleh Fresh Book (2006). Kisah-kisah petualangan dituliskan secara ciamik sehingga pembaca terasa seperti sedang berkunjung ke kota-kota yang diceritakan. Keindahan, kehancuran, kegetiran, Keadilan dan Ketidakadilan, bahkan rasa takjub akan ditemui ketika membaca runtut kotakota tersebut. Bahkan subtilnya, akan membuat pembaca tahu bahwa yang membentuk kota seperti apa tak lain adalah manusia-manusianya sendiri. Marco Polo dalam novel ini jelas dikisahkan bagaimana ia menceritakan hasil ekspedisinya kepada Kublai Khan seorang Raja Dinasti Mongol di Tiongkok. Novel ini diawali dan diakhiri dengan dialog antara Kublai Khan dengan Marco Polo, sehingga memungkinkan untuk bisa menjadi bahan perenungan bagi para pembaca.