Mantra Pejinak Ular

By | April 30, 2019

DALAM setting budaya Jawa berikut warna Islam yang selalu mewarnai karya Kuntowijoyo, tokoh Abu Kasan Sapari tumbuh dalam suatu proses dialektika dengan zamannya ketika “Bumi Gonjang-ganjing, Langit Megap-megap”. Sebagai pegawai di sebuah kecamatan di kaki Gunung Lawu, Jawa Tengah, Abu berkesempatan tampil sebagai saksi sejarah menjelang tumbangnya kejayaan sebuah orde yang kemaruk: Orde Baru! Sampai akhirnya tanda-tanda zaman itu muncul, isyarat bahwa pemerintah yang tengah berkuasa akan segera ambruk. Lalu, pada suatu malam di musim kemarau, hujan lebat-oleh masyarakat dinamakan hujan salah musim-itu datang disertai angin ribut. “Pagi hari, hujan dan angin reda. Orang-orang keluar ke terminal. Beringin itu tumbang! Pohon yang selama ini tegak menghadapi musim hujan dan angin itu terbujur, akar-akarnya mencuat di atas tanah.”