Rakyat Kecil, Islam, dan Politik

By | August 1, 2020

Tulisan yang dikumpulkan dalam buku ini merupakan rangkuman 30 tahun pengamatan Martin tentang Islam dan masyarakat di Indonesia, dimana ia berusaha mengambil pandangan ‘dari bawah’—dengan memfokus pada pengalaman rakyat miskin, berbagai kelompok dan gerakan yang dimarjinalkan secara politik dan sosial, serta usaha-usaha membangun ekonomi dari bawah.

Bergerak dari kawasan kecil dan terbatas, namun bisa menjadi pencerminan kawasan serupa di kota-kota lain di Indonesia, Martin menuju ke panggung nasional di mana terjadi tarik-ulur antara masayarakat muslim dan Negara. Pada masa Orde Baru, Islam menjadi kartu penting yang diperebutkan. Negara melalui lembaga seperti Majelis Ulama Indonesia, Kementerian Agama dan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia berusaha mengkooptasi dan menjadikan Islam sebagai legitimasi kekuasaannya, tetapi para aktivis, cendikiawan, dan jurnalis mencoba melawan di seberangnya. Tarik ulur ini berlangsung hingga sekarang dan sekaligus menjadi titik masuk memahami fenomena agama (Islam) dalam kekuasaan politik sesudahnya.

Orang miskin yang hidup di gang-gang sempit dan kecil, berdesak- desakan, kumuh dan kotor, sering menjadi himpunan angka statistik dalam laporan ilmu sosial dan dalam kebijakan pemerintah. Angka- angka itu menjadi panduan untuk memahami sekaligus membuat kebijakan. Tetapi seringkali hal ini menyesatkan, bukan karena angka- angka itu keliru, tetapi lebih karena ia tidak mampu menangkap inti paling dalam dari permasalahan kelompok tersebut. Angka-angka baru menunjukkan pagar depannya, belum menyentuh bagian dalam dan belakang dari rumah mereka yang disebut ‘penduduk miskin’ tersebut.