Sastra, Perempuan, Seks

By | March 12, 2020

Dalam dunia sastra Indonesia saat ini “perempuan” dan “seks” merupakan dua isu yang sangat penting “perempuan” terutama dalam arti “pengarang perempuan” dan “seks” sebagai tema karya sastra yang sedang ngetren. Begitu banyak pengarang perempuan baru bermunculan dalam beberapa tahun terakhir ini dan tidak sedikit dari mereka mendapat sambutan yang luar biasa, baik dari segi respons media, penghargaan sastra, maupun jumlah buku yang terjual. Benarkah karya mereka demikian hebat sehingga pantas dihebohkan serupa itu? Berbagai klaim muncul seputar para “pengarang perempuan baru” itu : tulisan mereka hebat, menciptakan gaya penulisan baru, mereka mendobrak tabu, terutama seputar seks dan hal itu sering dipahami sebagai semacam pembebasan perempuan bahkan sebagai feminisme.

Katrin Bandel dalam buku ini berusaha mempertanyakan klaim-klaim tersebut. Menurutnya kehebohan seputar beberapa penulis perempuan (bukan “perempuan” penulis), yang secara popular disebut sebagai “sastrawangi” itu, sangat berlebihan.

“Saya setuju dengan keprihatinan Katrin Bandel bahwa seakan-akan para penulis perempuan dengan sendirinya membongkar represi sosial yang selama ini diderita oleh perempuan. Keprihatinan itu bukan tanpa alasan. Di lingkungan akademis, misalnya, tidak jarang para mahasiswa mengangkat karya para penulis perempuan sebagai karya-karya feminis. Katrin Bandel mengingatkan bahwa yang paling penting adalah cara kita berargumentasi dalam memberikan penilaian atau pelabelan. Buku ini muncul dari rasa tidak puas Katrin atas cara para pengamat sastra di Indonesia memperlakukan sastra, terutama karya-karya sastra yang ditulis oleh pengarang perempuan.
– Dr. St. Sunardi, Ketua Prog. Pascasarjana Ilmu Religi & Budaya Univ. Sanata Dharma Yogyakarta.