Teori Kritis Jurgen Habermas

By | February 28, 2021

Jurgen Habermas ingin agar suatu teori tidak hanya sekedar menjelaskan hal-ihwal sedemikian rupa. Juga, menurut Habermas, seorang teoritisi seharusnya tidak hanya merenung di ruang perpustakaan lalu memberi saran penyelesaian masalah lewat publikasi tulisan. Hal terpenting yang luput dari cara seperti itu, menurut dia, adalah sisi praksis kehidupan.

Sayangnya, bagi Habermas, ilmu pengetahuan beserta teori-teorinya sudah terlanjur berada di menara gading dan ketika dilibatkan dalam praktik kehidupan sehari-hari, manusia malah terkurung oleh belitan rasionalitas yang menjadi landasan teori-teori tersebut. Mereka dibius oleh sebuah daya yang menempatkan tujuan di atas segala-galanya dan dibuatnya percaya bahwa yang mesti diusahakan adalah sarana dan cara mencapai yang seampuh-ampuhnya. Daya itu bernama rasionalitas bertujuan, ibu kandung dari teknologi yang sifatnya ideologis

Memprihatinkan memang, dan itulah sebabnya Habermas mengidealkan suatu kondisi di mana manusia tak saling sikut dan gencet demi kepentingan dan tujuan instrumental masing-masing. Dia membayangkan masyarakat komunikatif tempat perbedaan kepentingan dibicarakan lewat cara-cara yang elegan dan tak mampu menutup ruang gerak masing-masing pihak. Itu semua bisa berlangsung di ruang public yang terbuka dan steril dari tekanan ideologi yang hanya meniupkan angin surga.

Agar kondisi itu terwujud, Habermas memeriksa syarat kemungkinan bagi sebuah teori yang merangkul sisi praksis, dia tidak mau teori tersebut mengandung ideologi yang memukau manusia, dan yang paling penting, teori tersebut mesti mengkritisi dirinya terlebih dahulu sebelum mengarahkan pisau analisisnya kepada objek.

Tidakkah pendapat ini dilandaskan Hebermas pada suatu sikap kritis, dan Teori Kritis yang diajukannya adalah teori yang selalu ingin mawas diri?