THE LOWLAND: Tanah Cekung

By | June 3, 2019

Pergolakan polieserta pertatungan ideologi di Indoa pada akhir 60-an telah memisahkan Udayan dan Subhash, dua bersaudara yang kompak sejak anak-anak. Subhash pergi ke Amerika untuk melanjutkan pendidikan dan karier akedemiknya. Adapun Udayan -sang adik yang lebih dominan dalam berbagai petulangan mereka- terlibat semakin jauh dan intensif dalam pergerakan rekan kominis radikal yang berujung pada pembunuhannya.

Alih-alih menjadi suatu akhir, kematian Udayan justru membuka berbagai dimensi, tahapan, serta kompleksitas permasalahan baru bagi orang-orang tercinta di sekitar Udayan, terutama Gauri, istrinya yang tengah mengandung benih darinya. Kematian sang adik, dan kasih sayang padanya, memanggil Subhash untuk mengambil misi yang membawanya pada jalan hidup yang tak terduga-duga.

—–
“Dalam kekuatannya yang tenang-menghayutkan, The Lowland mengingatkan kita pada cerita-cerita Alice Munro dan William Trevor yang berjaya.” – Newday

“Sebuah kisah klasik tentang keluarga dan ideologi yang tak terdamaikan, cinta dan bahaya yang berkelindan… Pengarang, dalam puncak kepiawaiannya, memutar jagat dan kemabli ke titik awal.” – Vogue

“Sebuah novel indah yang ditulis sebagai prosa yang tenang, dengan momen-momen liris….. oleh seorang penulis pada puncak kekuatannya.” – K. daruwalla, Ketua Dewan Juri DSC Price 2015 for South Asian Literature.