AYN AL-QUDAT DAN DOKTRIN FANA’ ; Seri Pengantar Tasawuf

By | June 15, 2019

“Seandainya aku diberi umur panjang sebagaimana Nuh dan melewatkan seluruhnya dalam pencarian ini, semua ini tidaklah berarti, karena dalam hubungannya dengan Realitas ini, semua kehidupan tidaklah bernilai. Realitas inilah yang melampaui seluruh dunia….”

Kata-kata ini ditulis “Ayn al-Qudat Hamadani, satu dari dua intelektual Sufi paling fenomenal setelah Abu Hamid al-Gazali selama periode Seljuk, yang merefleksikan kepuasan ruhani tertinggi setelah penglihatan batinnya terbuka. Risalah ini merupakan kajian gagasan fana’, doktrin yang berkembang dalam semua tradisi mistik dunia, dalam kitab Tamhidat, karya prosa Persia terpanjang dan komposisi paling matang Ayn al-Qudat tentang teologi mistik.

Doktrin fana’ Ayn al-Qudat didasarkan pada penghancuran hawa nafsu (ego). Tanpa pembinasaan ego, katanya, kesadaran spiritual tidak mungkin tergapai. Dalam bahasa teologi, orang tidak dapat dikatakan telah memiliki jiwa kecuali jika dia telah melampaui tingkatan “Tiada tuhan…” (La ilaha) dan mencapai tingkatan “kecuali Allah” (illa Allah). Artiny, proses ‘menaikkan kesadaran’ secara paradoksal terjadi dalam penegasian keakuan. ‘Ketanpa-akuan’ adalah perbendaharaan bagi penglihatan terhadap Tuhan. ‘Diri’ merupakan penghalang utama di jalan pembinasaan (fana’).

Doktrin fana’ dalam Tamhidat, seperti diketahui, merupakan genre tersendiri dalam sejarah Sufisme, yang karenanya sang penulis mengalami nasib sebagaimana pendahulu yang begitu ia kagumi, al-Hallaj: menjadi tumbal politik kaum penguasa.