DEMOKRASI DAN SENTIMENTALITAS : Dari “Bangsa Setan-setan”, Radikalisme Agama, sampai Post-Sekularisme

By | June 1, 2020

“Hardiman, penafsir Habermas dan Heidegger yang terkemuka di Indonesia ini, menunjukkan bagaimana rasionalitas berinteraksi dengan “sentimentalitas” dalam demokrasi. Ia sendiri melanjutkan kaykinannya kepada hubungan domkrasi dan nalar, tetapi pandangannya arif. Matang dalam dunia filsafat memang mebuat orang seperti penulis Demokrasi dan Sentimentalitas mengakui: sikap yang terbaik bermula dari bertanya, bukan dari menjawab”.
– Goenawan Mohamad.

“Demokrasi Indonesia yang mulai mengggeliat kembali sejak era reformasi masih perlu diamati terus-menerus agar tujuan utamanya berupa terciptanya sebuah “bonum commune” (kesejahteraan umum) menjadi kenyataan. Buku Demokrasi dan Sentimentalitas ikarya F. Budi Hardiman ini adalah salah satu bentuk dari kajian penting tentang demokrasi itu”.
– Ahmad Syafi’i Ma’arif.

“Buku ini membantu pembaca yang ingin mendapat penjelasan ringkas tapi mendalam sekitar hubungan politik, agama, kekerasan, dan pluralitas.”
– J. Haryatmoko.

“Berbagai kondisi ambigu masyarakat Indonesia pasca reformasi dinarasikan secara apik dalam buku Demokrasi dan Sentimentalitas karya F. Budi Hardiman.”
– Musdah Mulia.