DUNIA YANG BERLARI; Dormologi, Implosi, Fantasmagoria

By | April 24, 2020

Menelusuri sudut demi sudut dunia—menjelajahi ruang demi ruangnya, menelusuri liku demi liku jejaringnya, membaca tanda demi tandanya, mengikuti jejak demi jejak waktunya, mencatat penggal demi penggal sejarahnya—merupakan sebuah perjalanan yang menggairahkan, tetapi sekaligus melelahkan.Dunia telah membawa kita menjelajahi berjuta pengembaraan, berjuta kegairahan, berjuta keterpesonaan. Ia telah mempertontonkan kepada kita berjuta panorama tanda, berjuta citra dan berjuta makna. Ia telah mempertunjukkan pula berjuta keterpesonaan, berjuta kehanyutan, berjuta ekstasi.

Akan tetapi semua penjelajahan, semua semua tontonan, semua keterpesonaan, semua tanda dan makna itu ternyata tak pernah memuaskan hasrat manusia. Yang sebaliknya dihasilkan adalah rasa “ketakpuasan abadi”, karena sebuah pemenuhan kepuasan hasrat akan menuntut pemuasan berikutnya, secara tanpa henti. Hasrat secara terus-menerus mengejar kepuasan akan dunia, akan tetapi dunia itu sendiri berlari dan terus berlari. Ia kini berlari semakin cepat, melampaui ruang, melewati waktu, mendobrak tapal batas, melangkahi segala kemungkinan. Dunia—yang tak pernah memberikan kepuasan akhir pada manusia—kini justru ‘berlari’ melampaui Tuhan, melampaui Yang Transenden.