FATIMAH ADALAH FATIMAH ; Perempuan sebagai Rumah Cinta, Air Mata dan Kebangkitan

By | April 12, 2020

Setiap agama, akidah, gerakan, atau revolusi terdiri dari dua unsur : kebijaksanaan dan cinta. Yang satu adalah cahaya, yang lainnya adalah gerakan. Yang satu memberikan pikiran sehat dan pengertian, yang lainnya memberikan kekuatan, gairah dan gerakan. Dalam kata-kata Alexis Carrel, “Kebijaksanaan ibarat lampu sebuah mobil yang menunjukan jalan. Cinta adalah laksana mesin yang menggerakannya.” Masing-masing bukanlah apa-apa tanpa yang lainnya. Motor tanpa lampu adalah cinta buta, berbahaya, tragis dan mengandung maut.

Para pecinta, orang-orang yang terlepas dari kekasih mereka, atau orang-orang yang dalam berkabung karena kematian seseorang tercinta telah mematahkan hati mereka, menangis dan bersedih. Bilamana hati mereka teringat akan yang mereka cintai, lidah mereka bicara, hati mereka terbakar, dan wajah mereka bercahaya, maka mata mereka mencerminkan kepedihan yang sama. Air mata mereka mengalir dan semuanya adalah tanda-tanda kehalusan dan kemurnian iman mereka yang mendalam serta cinta mereka yang sesungguhnya.

“Ali syariati seorang yang tampak sangat ideologis secara doktrin keagamaan pada waktu yang sama berusaha membawa kita dalam perasaan terdalam seorang manusia dan perempuan;Fatimah Zahra. Syariati membaca agama dalam kekuatan psikologi manusia sehingga corak eksistensialismenya juga ikut mewarnai uraian dalam buku ini, selain untuk sosialisme Islam yang kekuatannya pada sejarah. Agama, Psikologi, antropologi sejarah, sastra di tangan Ali Syariati;Fatimah adalah fatimah, mungkin juga Syariati adalah Syariati dalam coraknya sendiri.”

A.M. Safwan, Pengurus Ponpes Mahasiswa Madrasah Murthada Muthahhari RausyanFikr Institute Yogyakarta.