Menyentuh Jantung Bahasa, Meraih Hati Puisi, Esai-esai sebelas Paragraf

By | October 11, 2019

Posisi penyair lebih sering atau bahkan selalu sebagai pemberi tanda. Lewat sajak-sajaknya, si penyair melepaskan tanda-tanda yang ia susun dalam puisinya, agar ditangkap oleh pembaca. Apakah pembaca harus menangkap tanda itu sesuai dengan tanda yang dimaksudkan penyair? Nah, inilah asyiknya puisi. Di sinilah kebebasan itu. Penyair bebas menentukan aturan mainnya, sekaligus bebas untuk tidak bebas, dan bebas juga untuk tidak memainkan apa-apa. Penyair mula-mula harus tahu dan faham benar bahwa ada tanda-tanda berupa kesepakatan-kesepakatan itu. Penyair harus sadar bahwa ia adalah anggota dari masyarakat yang bersepakat itu. di luar puisi, penyair sama saja dengan anggota masyarakat yang terikat dengan kesepakatan itu. Tetapi ketika ia memerankan diri sebagai penyair, yaitu ketika ia menggubah sajak-sajaknya ia bebas untuk “menawarkan” kesepakatan lain. Bagaimana cara si penyair menawarkan kesepakatan itulah yang menentukan nilai sajak-sajaknya. Dan pembaca tentu boleh menolak tawaran kesepakatan baru itu.
(Kesepekan Bahasan dan Parole Penyair)