ORANG-ORANG KALAH: Kisah Penyingkiran Masyarakat Adat Kepulauan Maluku

By | November 8, 2020

Gelombang kerusuhan sosial melanda Kepulauan Maluku, antara tahun 1999-2002, terutama di kota pulau Ambon. Kumpulan kasus yang termuat dalam buku ini menyediakan suatu uraian konteks sejarah politik, ekonomi, dan budaya lokal Maluku yang berguna untuk memahami berbagai kemungkinan akar-akar konflik yang selama ini nampak samar-samar, kabur atau ‘sengaja disamarkan dan dikaburkan’. Dengan membaca buku ini diharapkan kita bisa memahami lebih baik apa yang sesungguhnya terjadi dengan saudara-saudara kita di Maluku yang sebenarnya menggambarkan ‘wajah’ kita semua. ***

Buku ini memotret masyarakat asli Maluku sejak abad XIV hingga saat ini. Mereka menjadi korban akibat tragedi sejarah. Potret penggambaran orang-orang Maluku telah menjadi korban tombak bermata tiga atau trisula yang ditusukkan duet modal dan kekuasaan politik. Ketiga ujung tombak itu, pertama, terdiri atas nvestasi di sektor ekstraktif yang bertujuan menguras kekayaan sumber alam (hutan, tambang, maupun laut) demi akumulasi modal. Kedua, sebagai proses depolitisasi lembaga dan organisasi rakyat demi pemusatan kekuasaan. Ketiga, penjinakan para penghuni rimba melalui pemaksaan dunia. Dan sekarang, melalui agama-agama sekuler baru, yakni negara, bangsa, dan pembangunan ekonomi. Tentu saja, trisula itu ampuh sekali, jadilah orang-orang Maluku kalah dan takluk.

Dalam keseluruhan rangkaian proses panjang tersebut, pada akhirnya, orang-orang asli Maluku menemukan diri mereka saat ini lebih sebagai penonton pasif yang secara sistematis tersisih ke tepi panggung, tersingkir ke luar dari arena, yang lama kelamaan, membuat mereka merasa semakin terasing justru di tanah leluhur sendiri.