PENYINGKAPAN DIRI TUHAN : Prinsip-Prinsip Kosmologi Sufistik Ibn ‘Arabi

By | June 6, 2019

Sebagaimana diketahui, alam semesta (kosmos) telah dikaji oleh berbagai macam aliran pemikiran sejak lama. Tiga aliran besar dalam tradisi Islam—teologi, filsafat, sufisme—kerap menjadi model utama para sarjana dalam mencari rujukan mengenai terjadinya alam semesta.

Para filsuf Islam dan teolog meyakini bahwa eksistensi itu plural yang berarti selain Tuhan adalah eksistensi yang dapat menjadi sebab ataupun akibat. Perbedaannya adalah, jika Tuhan adalah sebab pertama, maka eksistensi selain Tuhan adalah sebab kedua, sebab ketiga, dan seterusnya sehingga dapat ditinjau kembali bahwa alam semesta adalah entitas yang jauh dari cermin sifat-sifat serta nama-nama Tuhan.

Berbeda dari filsafat dan teologi Islam, teori sufisme hampir secara umum mengganggap bahwa Eksistensi (Wujud) ekivalen dengan al-Haq; artinya, Tuhan adalah Eksistensi itu sendiri, sedangkan segala sesuatu selain Tuhan bukanlah eksistensi. Jika demikian, apakah alam semesta tidak ada (noneksistensi), padahal manusia jelas-jelas menyaksikan berbagai fenomena alam? Apakah kita sedang dituntun ke dalam perspektif solipsisme? Bahkan secara logis, bila dikatakan bahwa alam semesta bukanlah eksistensi, lalu apa yang Tuhan ciptakan? Ataukah noneksistensi hadir secara total dari eksistensi?

Nah, William Chittick, di buku Penyingkapan Diri Tuhan seri pertama ini, secara luar biasa menuntun kita melihat tentang seluk beluk kejadian kosmos, relasi eksistensial kosmos dengan Tuhan, hakikat kosmos, serta prinsip semiosis Ibn ‘Arabi yang menyadarkan kita atas kehadiran Tuhan di dalam kosmos.

Sederhananya, apa yang tertera di buku ini secara keseluruhan adalah Kosmologi Sufistik sebagai implikasi dari Penyingkapan Diri Tuhan.