Sastra dan Ilmu Sastra

By | January 28, 2020

Ilmu sastra memiliki obyek penelitian yang tidak tentu, malahan tidak keruan. Sampai sekarang belum ada seorang pun yang berhasil memberikan jawaban yang jelas atas pertanyaan pertama dan paling hakiki, yang mau tak mau harus diajukan oleh ilmu sastra: apakah sastra? Pandangan bahwa sastra adalah bahasa yang khas sudah luas tersebar; khususnya puisi dianggap menunjukan pemakaian bahasa yang spesial, yang hanya diimanfaatkan oleh penyair.
Karya sastra adalah context- dependent speech event, peristiwa ujaran yang tergantung pada konteks: sebelum kita berhasil membaca sebuah karya sastra kita harus telah disiapkan secara mental, harus tahu lewat berbagai petunjuk konvesi sosial, bahwa kita menhadapi karya dalam kategori pemakaian bahasa yang khas.

Tujuan awal dan akhir ilmu sastra, jelaslah yang menentukan ciri khasnya adalah ketegangan antara invention dan convention, antara sistem konvensi yang mengikatnya dan sekaligus yang diatasinya. Peneliti sastra yang tidak memperhatikan ketegangan itu tidak mungkin memahami karya sastra secara tepat.

Nilai karya sastra adalah sesuatu yang variabel. menurut peranan dan faktor-faktor dari model semiotik dalam situasi konkrit. Itulah alasan terakhir dan paling mustahak mengapa ahli sastra harus selalu sadar akan model semiotik karya sastra sebagai dasar penelitiannya.

Dalam ilmu sastra di seluruh dunia dapat diperhatikan minat yang makin meningkat untuk masalah sejarah sastra. Sejarah sastra yang agak terabai bertahun tahun belakangan sekarang ditemukan kembali sebagai cabang ilmu sastra yang memikat. Di Indonesia tradisi penulisan sejarah sastra masih kurang. Tetapi keterbelakangan ini berangsur-angsur akan dapat diatasi asal dimanfaatkan pengertian dan pengetahuan teori yang faktual yang sekarang telah tersedia.