Tembakau, Negara dan Keserakahan Modal Asing

By | September 17, 2020

Sejak tahun 1950-an, berbagai negara maju telah memulai program Common Agricultural Policy (CAP), sebagai kerangka kebijakan untuk memproteksi sektor pertanian mereka, termasuk pertanian tembakau. Pemerintah Uni Eropa, cukup serius memperhatikan industri tembakau, bahkan saat gencarnya kampanye antirokok. Subsidi dan kebijakan yang berpihak pada petani direalisasikan. Pemerintah Amerika Serikat juga demikian. Mendukung kemajuan industri tembakau, melindungi industri dalam negeri secara maksimal, bahkan sangat ketat dalam kebijakan pemerintah terhadap produk tembakau impor. Pemerintah China, apalagi. Mereka sangat progresif dan ambisius dalam memajukan bisnis tembakau. Industri emas hijau pun terbukti membawa keuntungan sangat besar bagi pemerintah dan rakyat China.

Di pasar global, pasar rokok di dunia sejak lama telah terkonsentrasi pada empat perusahaan besar, yaitu Altria/Philip Morris, British American Tobacco, Japan Tobacco International, dan Imperial Tobacco. Pasar tembakau global bernilai sekitar US$ 378 miliar. Pada tahun 2012 nilai pasar tembakau global diproyeksikan meningkat hingga US$ 464,4 miliar. Jika diandaikan sebagai negara, maka pasar tembakau menempati urutan ke-23 dalam produk domestik bruto (PDB) dunia, jauh melampaui Norwegia dan Arab Saudi.

Dengan besarnya pertumbuhan pasar tembakau ini, perusahaan-perusahaan rokok multinasional besar terus mengembangkan gurita modalnya ke berbagai belahan dunia. Tak ketinggalan, industri farmasi yang juga mendapatkan keuntungan dari diplomasi publik internasional untuk menegakkan kampanye antirokok. Perang dagang di sekitar bisnis tembakau dan rokok ini yang kemudian membuat persoalan ekonomi rokok tak sesederhana persoalan kesehatan.

Lantas bagaimana dengan langkah pemerintah Indonesia untuk menghadapi konstelasi global perekonomian tembakau? Alih-alih memberikan proteksi bagi petani tembakau, subsidi pupuk untuk semua jenis pertanian pun semakin berkurang. Posisi pemerintah yang lemah ini berpengaruh pada tingkat kesejahteraan rakyat, dan kendali atas rezim internasional yang pasti akan menggerus sosio-ekonomi rakyat. Cepat atau lambat.