Mangan Ora Mangan Kumpul 1

By | June 8, 2019

Dikemas dalam gaya seloroh, nakal dan santai, kumpulan kolom Umar Kayam ini mencuatkan sesuatu yang transendental. Teknik penulisannya pun, uniknya, mengingatkan kita pada Obrolan Pak Besut di RRI Yogyakarta dahulu yang menghadirkan sejumlah tokoh tetap, dan mengikat “alur cerita” dengan warna lokal yang kental.

Jika kemudian warna lokal Jawa yang dipilihnya, agaknya harus dilihat lebih sebagai alat menyampaikan kearifan dalam memandang kehidupan. Baginya, hidup adalah harmoni, dan tidak selalu hitam putih. Komentar Goenawan Muhammad, “Hidu, seperti tersirat dalam tulisan Umar Kayam ini, tidak bisa dilihat secara ekstrem; banyak problem, tapi kita masih bisa selalu betah karena hidup tak pernah jadi proses yang soliter.”