Manipulasi dan Dehumanisasi Perempuan dalam Iklan

By | March 17, 2021

Dalam iklan, kita tak dilarang untuk melihat daerah sekitar payudara yang telah diekspos begitu menantang, melainkan justru diajak secara tidak langsung. Iklan demikian itu menjadi menarik karena menghadirkan bagian tubuh perempuan yang selama ini tersimbol tabu, dapat ditampilkan penuh vulgaritas. Eksploitasi kegairan perempuan tanpa batas pada iklan di media massa, meskipun tidak ada hubungan sama sekali dengan wilayah s*ks, dipaksakan harus diseksualkan. Itulah yang menyebabkan perempuan, dengan segala ekspresi yang mengungkapkan pesan teks libidal yang bahkan amat erotis dan tak jarang pornografis, inti perempuan menjadi subjek terpenting dalam iklan di era libido konsumsi yang pesat. .

Yang tak kalah menariknya, menurut hasil kajian Kasiyan dalam buku ini, iklan justru menjadi bentuk eksploitasi lain yang dijangkarkan pada aras stereotip pengiburumahtanggan perempuan. Ini merupakan bentuk perselingkuhan sempurna kapitalisme terhadap ideologi gender. (hlm.340) Dalam iklan, perempuan dihadirkan dengan feminitasnya; urusan dapur, kasur, dan sumur. Sedangkan pada iklan untuk di ranah publik, domestikasi perempuan tampak mengilustrasikan peran dalam profesi yang tak lebih pegawai kelas dua, seperti sekretaris atau guru anak-anak sekolah rendah. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa posisi dan peranannya cenderung lebih bermakna sebagai sosok second s*x dihadapan pasangan gendernya, yakni laki-laki, dimana representasi laki-laki dalam iklan relatif cendrung lebih bermakna positif, baik, dan diuntungkan jika dibandingkan dengan perempuan. Misalnya digambarkan sebagai seorang peneliti, pimpinan atau direktur perusahaan, serta peran lain yang bermakna profesional.