TAHUN YANG TAK PERNAH BERAKHIR ; Memahami Pengalaman Korban 65 – Esai-Esai Sejarah Lisan

By | October 30, 2020

Banyak buku mengenai peristiwa ’65 telah terbit dengan menyajikan berbagai macam sudut pandang. Buku ini menawarkan suatu metode penelitian sejarah yang disebut sebagai ‘sejarah lisan’. Sejarah lisan bukanlah istilah yang akrab di telinga banyak orang Indonesia. Mungkin istilah itu malah dianggap aneh karena pemahaman umum mengenai sejarah adalah studi tentang masa lalu berdasarkan dokumen tertulis. Ketika mendengar bahwa penelitian dalam buku ini dilakukan dengan cara wawancara lisan, banyak orang ragu, apakah tidak mungkin narasumber yang diwaawancarai berkata benar?

Pertanyaan ini mencerminkan persepsiyg terdistorsi mengenai penelitian dan penulisan sejarah. Jika dikatakan bahwa suatu penelitian sejarah dilakukan dengan meneliti arsip, maka tidak akan muncul pertanyaan serupa yang meragukan kebenaran arsip yang bersangkutan.

Metode penelitian yang dipakai dalam penyusunan esai-esai dalam buku ini mencoba untuk mengajukan ingatan sosial yang dimiliki oleh korban peristiwa ’65. Yaitu ingatan sosial yang berbeda dengan ingatan sosial yang dibentuk oleh pemerintahan Soeharto selama ini. Buku ini menjadi semacam dokumentasi ingatan sosial korban yang selama ini tercerai di dalam kegelapan kebohongan. Kebanyakan korban ingin menentang ingatan sosial yang menganggap mereka sebagai setan dan pengkhianat. Mereka ingin mengungkapkan cerita bahwa mereka adalah orang baik, bermartabat, patriotik yang kemudian dikorbankan. Buku ini tidak lantas ingin menampilkan mereka sebagai malaikat, karena merekapun tidak ingin terlihat seperti itu.