AKU MENDAKWA HAMKA PLAGIAT; Skandal Sastra Indonesia 1962-1964

By | January 27, 2020

Ini sejarah sastra Indonesia. Muda usianya. Penuh cadas dan bergelombang-gelombang romantikanya. Keras, gelap, manipulatif, bohong, culas. Memang nyatanya begitu. Mau ditangisi, ya. Mau diratapi, ya. Tapi itu adalah rantai. Suka atau tak suka. Semua-muanya kita terima dengan syarat-syarat dan pertimbangan karena ini sejarah kita, sejarah sastra Indonesia. Mari buka, mari baca. Dan setelah itu, generasi berikutnya akan menimbang mana yang pantas disiangi (karena gulma), mana yang perlu ditumbuhkan (karena padi). Mana yang dibabat, mana yang ditumbuhkan.

Buku ini, oleh karena itu, dipersembahkan untuk generasi sastra yang terbarukan, pasca Pram, pasca Jassin, dan pasca petarung-petarung dalam palagan sastra Indonesia 1960-an yang riuh rendah yang beberapa kepala masih hidup sampai saat ini dengan membawa dendamnya masing-masing.
Pembuka: Antara Fitnah dan Ludah

Bab 1: Van Der Wyck dalam Dua Resensi
Bab 2: Perang Terbuka di Hari Jumat
Bab 3: Lentera, Plagiat Itu Menjijikkan
Bab 4: Hamka dalam Peta Sastra Indonesia Semasa
Bab 5: Bukti-Bukti Plagiarisme Hamka
Bab 7: Varia Hamka dan Pendapat Pembaca
Bab 8: Bersama Membela Hamka
Bab 9: Menguji Pertahanan H.B. Jassin
Bab 10: Magdalena dalam Dua Terjemahan
Bab 11: Plagiat Hamka: Saling Serobot di Lintasan Terakhir
Bab 12: Tak Ada Jalan Tengah, Pintu Tertutup

Penutup: Plagiat, Keributan Omong Kosong, dan Kehormatan.